Kamis, 06 April 2023

GURU TAHAN BANTING

GURU TAHAN BANTING

Berbicara tentang Kurikulum Merdeka yang lebih memfokuskan pada pendeteksian bakat dan minat murid yang terus digali dan dieksplor sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman.
Pelaksana Kurikulum Merdeka diharapkan semua stake holder pendidikan berkolaborasi dan merefleksikan essensi dari kurikulum merdeka bukan saling salah menyalahkan, tidak menerima perubahan yang ada. Kurikulum Merdeka merupakan penyempurnaan dari semua perubahan kurikulum yang pernah terjadi di Indonesia yaitu :
1. Kurikulum 1947 ( Rentjana Pelajaran 1947 )
2. Kurikulum 1952 ( Rentjana Pelajaran Terurai 1952 )
3. Kurikulum 1964 ( Rentjana Pendidikan 1964 )
4. Kurikulum 1968
5. Kurikulum 1975
6. Kurikulum 1984 ( Cara Belajar Siswa Aktif/CBSA )
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 ( Kombinasi Kurikulum 1975 dan 1984 )
8. Kurikulum berbasis kompetensi/ KBK 2004
9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/ KTSP 2006
10.Kurikulum 2013/ K-13
Melihat sejarah perubahan Kurikulum yang pernah terjadi di Indonesia tidak melunturkan semangat para pendidik dan stake holder pendidikan dalam rangka mendidik dan mencerdaskan anak bangsa. Semua berjalan dan dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang terbaik bagi putra dan putri Indonesia agar siap menghadapi ujian dan tantangan hidup yang lebih berat di era 4.0 dan menuju era 5.0 dari era digital, era teknologi dan manusia sebagai pengontrol terbaik akan teknologi bukan kebalikannya manusia diatur, diolah dan dikuasai penuh oleh teknologi.
Sejatinya teknologi tidak dapat menggantikan posisi, kehadiran, soul/jiwa seorang guru namun dari seorang guru yang adaptif terhadap teknologi dan menguasainya maka akan lahirlah peserta-peserta didik yang siap menghadapi pendidikan abad 21 yang memeiliki 4 kompetensi atau yang biasa disebut 4C Critical Thinking and problem solving ( Berpikir kritis dan menyelesaikan masalah ), Creativity ( Kreativitas ), Communication Skills ( Kemampuan berkomunikasi ), dan Collaborative ( Bekerja sama ). Sungguh tugas berat bagi seorang guru.

Hanya seorang guru tahan banting terhadap segala perubahan yang mampu bertahan. Bukan terletak pada masalah tidak mampu namun lebih kepada niat, mau atau tidak untuk berubah karena sesungguhnya perubahan dalam kehidupan pasti dan akan ada.

Sejatinya seorang guru tahan banting harus belajar dan terus belajar, jangan mengajar sebelum belajar, jika berhenti belajar sebaiknya berhenti mengajar. 
Hari ini guru bukanlah sebagai satu-satunya sumber pembelajaran. Jika guru sebagai media tunggal pembelajaran maka guru akan kalah dengan Google karena dengan mudahnya murid hanya dengan menggunakan jari jemarinya mencari di Google.
 Guru sebagai Role Model kebaikan dan karakter baik bagi murid-muridnya. Teruslah belajar menjadi guru pembelajar sepanjang hayat.

Sedikit mendeskripsikan profil saya sebagai guru tahan banting di segala suasana. Bagi saya If we wanna get big we should do big, jika kita ingin mendapatkan hasil yang besar maka kita juga harus melakukan hal-hal yang besar juga. 
Saya pernah merasakan sebagai manusia yang kurang merdeka. Teaching is my passion, menjadi seorang guru adalah cita-cita saya sejak kecil. Terbukti ketika SMA, mahasiswi dan setelah bergelar Sarjana saya sudah menjadi seorang guru. Ujian di awal berumah tangga saya tidak mendapatkan SIM, Surat Izin Mengajar dari sang suami, cukup di rumah saja menjadi guru buat anak-anak sendiri kelak, jemput pahala baik dan besar sebagai Abdi Dalem.
Seiring berjalannya waktu, Allah SWT Tuhan YME berkehendak lain, nakhoda kapal harus beralih ke saya setelah Allah menjemput Sang Kapten. Kapal harus terus berjalan, memutar haluan, memasang Kompas dan mengambil kembali cita-cita dan mimpi menjadi seorang pendidik. 

Terus belajar, belajar, dan belajar mengikuti perubahan yang begitu massive terutama pada masa pandemi yang semua sistem tidak pernah memprediksi hal ini. Dinas pendidikan, guru, stake holder pendidikan lain, murid dan orang tua kebingungan dan masing-masing bertanya apa yang akan terjadi dengan pendidikan seperti ini ?

Sebagai guru merdeka belajar, saya terus upgrade banyak ilmu pengetahuan, mengikuti webinar-webinar pendidikan baik itu dari Kementrian pendidikan seperti Guru belajar dan berbagi, P4TK TK PLB, BBGP Jawa Barat, Hafecs, Ikatan Guru Indonesia dan banyak penyedia pembelajaran lain. Serta mengikuti Kelas menulis dan kelas berbicara bersama PB PGRI di bawah asuhan seorang Blogger, penulis, narasumber terkenal Bapak Wijaya Kusumah. Serta kelas English For teachers.

Terus dan terus belajar, sampai akhirnya gelar sebagai Guru Penggerak setelah melewati 12 bulan mengikuti program pendidikan guru penggerak Angkatan 4 dari kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Dalam mengikuti PPGP/Program Pendidikan Guru Penggerak saya mencoba menerbitkan 1 buku solo yang berjudul Menjadi Guru Penggerak dan penulis yang diterbitkan oleh penerbit Madza, serta 1 buku antologi berjudul GUSI SEHAT, Guru Siaga Senyum Bahagia Tulus serta juara 2 menulis dalam rangka Hari guru nasaional tingkat kecamatan dengan tulisan berjudul Teaching is touching.

Bagi saya bagaimana kita mampu menjadikan murid untuk kreatif dan bernalar kritis jika kita sebagai seorang pendidik belum mampu mereflkesikan elemen-elemen 4c. Belajar tanpa refleksi akan sia-sia, refleksi tanpa belajar akan berbahaya. Itu sebabnya saya memiliki slogan GUSI SEHAT, guru siaga, siaga terhadap apa yang dibutuhkan murid, kodrat alam dan kodrat zaman yang menyertai, siap dan siaga ketika menghadapi murid yang belum bisa tulis dan baca, siap menjadi guru yang paling akhir pulangnya ketika murid belum dijemput orang tuanya, siaga terganggu waktu makan di kantor dan menjadi pendamping tunggal di sekolah ketika murid sedang memiliki masalah, siaga dengan aneka ragam kemampuan murid ( Hal ini mendeskripsikan pembelajaran berdiferensiasi ). Selalu tersenyum dengan segala karakter dan tingkah polah murid karena senyum adalah ibadah dan menurut ilmu kesehatan senyum dapat melepaskan senyawa stress dan mampu melepaskan hormon Endorphin dan serotonin ( Teori Mindfulness ). 

Seorang guru harus bahagia agar dapat membahagiakan murid, menjadi seorang guru yang dirindukan, rindu menunggu datangnya pagi, hadirnya sang matahari untuk segera bertemu Bapak/Ibu guru yang dapat menciptakan kelas dan murid yang selamat dan bahagia atau Wellbeing Student. Tuluslah mendidik wahai guru tahan banting, kita tidak pernah tahu doa siapa dari ratusan bahkan ribuan murid yang kita didik yang dapat menyelamatkan kita di hari akhir nanti. Ketika kita sudah merefleksikan Ketulusan kita, maka hal-hal baik pun akan menyertai.

 Sedikit berbagi pengalaman, walau saya hanya seorang guru honor di usia yang sudah SEPATU ( Separuh Tua ) namun saya tetap ingin menjadi ULAMA ( Usia Lanjut Masih Aktif ). Terus beresiliensi, trial and error, jatuh bangun sampai akhirnya saya mendapatkan undangan dari Presiden Republik Indonesia untuk hadir mengikuti Upacara penaikan bendera di Istana Negara pada HUT RI ke 77, saya mendapatkan info karena bergabung di salah satu Komunitas belajar yang ada di Platform Merdeka Mengajar yang digagas oleh Kemendikbudristek. Singgah ke perpusnas berharap mendapatkan donasi buku karena saya bercita-cita ingin membuka Teras baca di rumah. Kemudian berlanjut ke gedung Kemendikbudristek, sempat bertemu dan berfoto bersama dengan komandannya Guru Penggerak Bapak Kasiman, penuh harap dapat bertemu dengan Mas mentri atau bapak Dirjen yang pada saat itu masih bapak Iwan Syahril. Apakah ibu dari Dinas Pendidikan, Pengawas atau Kepala Sekolah ? Bukan Bapak, saya hanya seorang guru honor dan beliau pun kaget dengan jawaban saya, dan akhirnya saya diarahkan ke bagian PAUD dan diberikan beberapa eksemplar buku PAUD karena khawatir biaya Cargo dan saya memakai jasa pengiriman barang sampai ke Medan, Sumatera Utara.
Merefleksikan Merdeka Belajar dengan praktik baik Celengan Literasi. Dimana saya menggabungkan 3 elemen penting yaitu tulis, baca dan berbicara. Tujuan jangka panjang saya dapat membuat satu karya buku yang merupakan catatan keseharian murid. Saya memberikan pertanyaan pemantik sederhana pada murid, dan murid menuliskan di potongan kertas warna-warni yang sudah saya berikan, setelah mereka menulis, sebelum memasukkan ke dalam celengan satu per satu murid membacakan di depan kelas dan saya membuka ruang tanya jawab, murid lain dapat mempertanyakan jawaban yang diberikan oleh murid tersebut, sehingga tercipta komunikasi dua arah. Praktik baik ini merupakan cerminan dari Profil Pelajar Pancasila yaitu bernalar kritis dan bergotong royong. Dimana saya mempraktekkan tutor sebaya ketika mendapatkan teman yang belum mampu menuliskan kata dan kalimat yang akan ditulis maka teman yang mampu dan sudah selesai mau membantu temannya. Berharap dari praktik baik yang masih jauh dari sempurna ini dapat meningkatkan kemampuan literasi bagi siswa-siswi kelas 1 SD agar terasah kemampuan menalar dan berpikir kritis dan kemampuan berkomunikasi di depan orang banyak perlahan akan meningkatkan rasa percaya diri murid dan bagi murid yang sudah lancar membaca terhindar dari Illiterate Functionally, karena tidak hanya bagi murid kelas rendah terkadang kita orang dewasa pun banyak yang bisa membaca namun belum tentu memahami dari isi dan makna bacaan.

Selamat berproses menjadi Guru Tahan Banting yang selalu Merdeka Belajar, yang selalu mendiagnosis setiap perkembangan murid, menikmati setiap konten dan proses sehingga menghasilkan produk murid yang kita harapkan selamat dan bahagia di masa depannya kelak. Karena guru biasa memberitahu, guru baik menjelaskan, guru hebat mendemonstrasikan dan guru super menginspirasi. Dan saya ingin menginspirasi bagi rekan-rekan guru honor di seluruh Indonesia, jangan pernah berputus asa dan menyerah dengan keadaan, tetap semangat mendidik. Tidak berniat untuk Show Off namun bagi saya yang hanya berstatus guru honor, dengan izin dan ridho Allah SWT Tuhan YME mampu memfasilitasi profesi saya sebagai pendidik dengan menyediakan Tablet Samsung tipe Galaxy Tab S7 FE 5G ( yang saya pergunakan untuk mengetik kompetensi ini ), speaker ukuran sedang volumenya untuk di kelas, In focus sebagai penunjang proses belajar mengajar yang menarik dan menyenangkan bagi murid. Bagi saya teaching is touching, mengajar dan mendidik itu adalah menyentuh hati murid, maka ketika kita sudah mampu menyentuh hatinya maka dengan mudah kita akan dapat menyentuh kepalanya.
Mari menjadi guru yang dicintai murid.

Mari menjadi guru yang termotivasi
Mari menjadi guru yang merdeka mengajar dan merdeka belajar
Sekali merdeka tetap merdeka belajar
Salam semangat guru.

Kebermanfaatan dan Praktik baik merdeka belajar dan Merdeka berbudaya

KEBERMANFAATAN DAN PRAKTIK BAIK MERDEKA BELAJAR DAN MERDEKA BERBUDAYA

Pergolakan dunia pendidikan pasca pandemi Covid-19 yang melanda seluruh negara memicu perubahan sistem pendidikan secara massive. Begitu juga dengan sistem pembelajaran di Indonesia. 

Berbagai cara dan upaya  dilakukan pemerintah Indonesia terkhusus Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset , dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk menghindari Learning Loss Generation.

Merubah paradigma baru tentang pendidikan dimana murid, murid dan murid sebagai tujuan akhir sesuai kodrat alam dan kodrat zaman mereka. Dengan tetap mengacu pada tujuan pendidikan yaitu murid yang mampu mengembangkan kompetensi sehingga mereka dapat menalar menjadi pribadi mandiri yang mampu menghadapi ujian bermakna dan kelak siap mengatasi tantangan dalam kehidupan baik sebagai manusia pribadi maupun ketika menjadi bagian dari masyarakat.

Teaching at the right level merupakan kunci dasar yang wajib menjadi pegangan bagi seorang pendidik saat ini. Tidak mudah memang untuk beranjak dan bangkit dari situasi nyaman, out of the box sebagai seorang pendidik, dimana kalau boleh  jujur mengakui para guru telah mengekang dan membatasi kemampuan, potensi dan kompetensi diri murid untuk menjadi dirinya sendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Kita selalu memaksa murid untuk pintar dan jago menguasai pelajaran Matematika sementara sang murid handal dan telah menjuarai berbagai kejuaran Sepak Bola di Club sepak bola junior yang diikuti sang murid sebagai bakat dan minatnya.
Masih banyak lagi ketidak adilan yang guru lakukan di kelas dengan menganggap fungsi dan peran guru di depan kelas adalah satu-satunya sumber pembelajaran, penguasa kelas dimana semua murid harus mematuhi semua apa yang dikatakan guru tanpa memperhatikan VCO (Voice, Choice, Ownership) murid,  benar-benar kondisi Teacher centered learning bukan sebagai Student centered learning seperti refleksi pendidikan Bapak Ki Hajar Dewantara ING NGARSO SUNG TULODHO ING MADYO MANGUN KARSO TUT WURI HANDAYANI yang artinya guru harus mampu menjadi seorang teladan ketika berada di depan, di tengah memberikan semangat dan di belakang memberikan dorongan. Seorang guru diibaratkan petani yang hanya dapat menuntun tumbuh kembangnya padi tanpa berharap akan berbuah jagung. Perlakukan tanaman padi kita selayaknya memperlakukan tanaman padi dengan memperhatikan air, pupuk, sinar matahari agar tumbuh padi dengan kwalitas yang sempurna.

Dengan adanya tantangan kompleksitas, pemerintah terus berupaya berbenah diri dengan mencari solusi dan berinovasi dengan meluncurkan serangkaian Episode Merdeka Belajar yang sampai saat ini telah memasuki episode ke 24 dengan urutan Episode per episode yaitu :
1. Kebijakan USBN, UN, RPP dan PPDB
2. Kampus Merdeka
3. Skema penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
4. Program Organisasi Penggerak
5. Program Guru Penggerak
6.Transformasi dana pemerintah untuk pendidikan tinggi
7. Program Sekolah Penggerak
8. SMK pusat keunggulan
9. Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) Merdeka
10.Perluasan program beasiswa LPDP
11.Kampus Merdeka Vokasi
12.Sekolah aman berbelanja bersama SIPLah
13.Merdeka berbudaya dengan Kanal Indonesiana
14.Kampus Merdeka dari kekerasan seksual
15.Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar
16.Akselerasi dan peningkatan pendanaan PAUD dan pendidikan kesetaraan
17.Revitalisasi bahasa daerah
18.Merdeka berbudaya dengan dana Indonesiana
19.Rapor pendidikan Indonesia
20.Praktisi mengajar
21.Dana abadi perguruan tinggi
22.Transformasi seleksi masuk perguruan tinggi negeri
23.Buku bacaan bermutu untuk literasi Indonesia
24.Transisi PAUD ke SD yang menyenangkan

Merubah mindset mengacu pada Kurikulum Merdeka, sekali Merdeka tetap Merdeka Belajar dimana kemerdekaan belajar memberikan kesempatan belajar sebebas-bebasnya (bukan tanpa aturan yang jelas dan benar) dan senyaman-nyamannya kepada anak didik untuk belajar dengan tenang, santai dan gembira tanpa stress dari tekanan dengan memperhatikan bakat alami yang mereka punya tanpa memaksa mereka mempelajari atau menguasai satu bidang pengetahuan di luar hobi dan kemampuan mereka sehingga masing-masing mereka memiliki portofolio yang sesuai dengan kegemarannya sehingga tercipta Profil Pelajar Pancasila dengan 6 elemen yaitu Beriman, bertaqwa pada Tuhan Yang Esa dan berakhlak mulia, Berkhebinekaan global, Gotong royong, Mandiri, kreatif dan Bernalar kritis.

Seorang pendidik juga diharapkan menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat/ A long life learner, terus mengupgrade diri, terus tergerak, bergerak dan menggerakkan orang lain dengan berkolaborasi merefleksikan semua yang diharapkan dalam setiap Episode Kurikulum Merdeka dimana Kurikulum Merdeka sendiri merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.

Tidak mudah dan membutuhkan waktu untuk mempelajari dan beradaptasi dengan perubahan yang ada. Menurut Mas Menteri Nadiem “Perubahan adalah hal yang sulit dan penuh dengan ketidak nyamanan. Namun perubahan tidak dapat dimulai dari atas, semuanya berawal dan berakhir dari guru. Jangan menunggu aba-aba, jangan menunggu perintah. Ambillah langkah pertama”.

Terus merefleksikan praktik-praktik baik dimulai dengan mendiagnosis di awal pembelajaran atau disebut Asesmen Diagnostik untuk memahami berbagai faktor yang menjadi penghambat murid dalam pembelajaran. Membuat kesepakatan kelas yang dirancang dan di sepakati keseluruhan warga kelas untuk lebih menghargai pendapat murid dan mengajarkan berkomitmen dan bertanggung jawab dengan apa yang telah di sepakati bersama. 
Menyusun pembelajaran Berdiferensiasi dengan memperhatikan aspek kesiapan belajar, minat belajar, profil/gaya belajar murid dengan menyertakan 3 strategi diferensiasi konten, proses dan produk. Sehingga tercipta pembelajaran yang Merdeka Belajar dan kelas yang memanusiakan manusia.

Semoga esensi dari Merdeka Belajar itu sendiri dapat menggali potensi terbesar tidak hanya untuk murid namun juga potensi para pendidik untuk terus berinovasi dan meningkatkan kwalitas pembelajaran secara mandiri yang mampu mengantar kepada manusia berbudaya untuk membentuk peradaban manusia lewat pendidikan dan pelestarian kebudayaan yang tidak boleh statis untuk terus menguatkan identitas dan nilai-nilai kemanusiaan.

GURU TAHAN BANTING

GURU TAHAN BANTING Berbicara tentang Kurikulum Merdeka yang lebih memfokuskan pada pendeteksian bakat dan minat murid yang terus digali dan ...